Sabtu, 22 September 2012

Yogyakarta seni-KU

Tentang Jathilan

Jathilan merupakan sebuah kesenian yang menyatukan antara unsur gerakan tari dengan kekuatan magis. Kesenian ini juga sering disebut dengan kesenian jaran kepang (kuda kepang), kesenian ini banyak ditemukan di desa-desa Jawa tak hanya di Jogja.

Atraksi Jathilan

Pagelaran ini dimulai dengan tari-tarian. Kemudian para penari bak kerasukan roh halus sehingga hampir tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan. Di saat para penari bergerak mengikuti irama musik dari jenis alat musik jenis alat gamelan seperti saron, kendang, dan gong ini, terdapat pemain lain yang mengawasi dengan memegang pecut atau cemeti.
Para pemain yang telah kerasukan ini biasanya sering melakukan atraksi-atraksi berbahaya seperti makan beling dan lain sebagainya, namun para pemain tersebut tidak merasakan sakit apalagi menyisakan luka. Pertunjukan Jathilan biasanya dihadirkan di acara-acara khusus seperti menyambut hari kemerdekaan, hari jadi kota, khitanan dan sebagainya.

Sabtu, 01 September 2012

BLINK 182

"I MISS YOU" Blink 182
Saya hanya seorang penggemar..
Menepi dalam lirik perlagu..
Dari satu sampai ke tujuh..
Hanya bisa mencari..

Tanpa banyak berharap..
untuk mengenang..
hanya terdiam..
untuk mengerti..

Aku merindukanmu
Halo, malaikat dari mimpi buruk saya Bayangan di latar belakang kamar mayat korban tidak curiga dari kegelapan di lembah Kita dapat hidup seperti Jack dan Sally jika kita ingin
Di mana Anda selalu dapat menemukan saya Dan kita akan memiliki halloween pada Natal Dan di malam hari kita akan berharap ini tidak pernah berakhir Kami akan berharap ini tidak pernah berakhir....

Rabu, 11 Juli 2012

PSS SLEMAN (titik dua bintang)

Warna bukanlah masalah. Semangtnya masih sama dan semakon besar ketika merah berubah menjadi hijau pada tahun 90. Ada semangat yang tidak pernah padam. Ada keinginan yang sama setiap hari, setiap waktu, setiap pertandingan. PSS menjadi juara! Menjadi elang jawa dengan cakar paling tajam. Mejadi elang jawa dengan sayap paling lebar. Menjadi elang jawa dengan mata yang mengincar lawannya tanpa ampun. Karena PSS adalah super elang jawa. Saat merah berubah menjadi hijau, semangat ini semakin menggebu, semangat yang semakin besar pada tahun 90.

Ya, warna kami kini hijau, kami bangga dengan warna kami saat ini. PSS pasti juara. Itu yang selalu kami harapkan dari PSS. Harapan besar selalu kami sematkan di super elang jawa. Terlihat bodoh memang bagi mereka yang tidak mencintai tim kami. Kami hanyalah orang ndeso, orang gila yang mendukung tim dengan prestasi redup. Pernah kami merasa seperti menjadi tim yang juara ketika kami lolos dari degradasi. Bisa kalian bayangkan bagaimana ketika mata berkaca, hati bergetar, dan teriakan kami semakin lantang.

Berada di divisi kelas kedua tidak lalu membuat kami berhenti berteriak. Selalu hadir di pertandingan kandang ataupun tandang itu kewajiban kami. Ketika harus menghadiri pertandingan tandang kami rela lapar, tidak peduli dengan berapa uang saku yang kami miliki. Yang terpenting bagi kami adalah bisa masuk stadion dan mendukung PSS berlaga di kandang lawan. Gembira sekali ketika bermain tandang dapat meraih poin. Hahaha. Yang aneh lagi kalau pertandingan kandang, kami menyebutnya PMS. Suatu sindrom yang meracuni kami ketika pertandingan akan berlangsung. Malam sebelum pertandingan sindrom itu semakin menjadi, mata tidak dapat dipejamkan dan harap esok segera datang.

Ada rindu yang selalu terjawab di akhir pekan. Rindu untuk bertemu Super Elang Jawa. Kami punya keinginan yang sama, hadir di stadion secepat mungkin. Memastikan kami tidak terlambat datang. Kami ingin hadir di sana, memastikan pemain keluar dengan wajah kepastian, kemenangan! Jangan mencoba menghentikan kami karena akan percuma. Semangat ini sudah tidak dapat diperkecil lagi. Justru semakin besar di tiap pertandingan yang mengantar Super Elang Jawa menuju kejayaannya. Cinta kami semakin besar, kerinduan kami semakin dalam, semangat ini tak pernah padam!

Pernah lho kami akan dukung tim kami tapi kami tidak diijinkan masuk. Alasannya tribun tempat kami beribadah dipakai untuk tim tamu. Mereka pikir kami akan patah. Tidak semudah itu bung. Kami memutuskan untuk tetap bernyanyi di luar stadion. Dengan semangat yang tetap menggebu. Karena memang begitulah cara kami. Memang itu yang bisa kami lakukan. Berteriak mendukung tim yang terpatri di hati kami. PSS oh PSS! Tim medioker yang membuat banyak orang menjadi gila. Haha

Kami tidak peduli dengan siapapun yang tidak menyukai kami. Kami punya atmosfer sendiri dibelakang gawang selatan, tempat kami berdiri, tempat kami memutus pita-pita suara dengan nyanyian dan teriakan yang lantang: PSS! Kami tidak peduli dengan siapapun yang tidak menyukai kami. Ada rantai yang erat mengikat kami di sini. Ada jabat tangan dari mereka. Dari para pendahulu yang tidak pernah lelah bermimpi tentang kejayaan. Ada senyum yang tersimpul saat mereka memasuki usia kepala 3 dan melihat kami menyanyi sama kerasnya dengan mereka. Senyum kami tersimpul sama melihat mereka yang meneteskan keringatnya melawan kelelahan hanya untuk bertahan sampai akhir pertandingan: kemenangan!

Sabtu, 16 Juni 2012

Orang Indonesia Seharusnya Malu Dengan Suporter Irlandia

Tak peduli apapun yang terjadi pada tim kesayangan kita, seorang suporter seharusnya tetap berdiri tegak memberikan dukungan yang tulus dari dalam hati.

Jujur, pertandingan antara Spanyol melawan Irlandia pada dini hari tadi berhasil membuat saya (dan mungkin beberapa dari Anda) merasa merinding dan terkesima di saat yang sama. Bukan karena permainan Spanyol yang meski bermain fantastis malam tadi namun sudah biasa kita saksikan jika menonton Barcelona di La Liga. Dan bukan pula karena Fernando Torres secara ajaib berhasil mengatasi krisis kepercayaan dirinya dan mencetak dua gol. Perasaan tersebut justru muncul setelah melihat suporter Republik Irlandia yang luar biasa.



Momen yang hebat itu hadir di sekitar 10 menit terakhir pertandingan. Irlandia saat itu sudah tertinggal empat gol dan keliatannya sangat sulit bahkan untuk mencetak gol hiburan di akhir pertandingan saja. Namun hebatnya, para suporter Irlandia bukannya merasa kecewa dan meninggalkan stadion di mana timnas mereka menjadi pecundang, justru bernyanyi memberikan semangat dan penghormatan kepada Robbie Keane dkk. Selama sekitar 10 menit, suporter Irlandia menyanyikan lagu favort mereka, The Fields of Athenry, tanpa henti.

Ini adalah sebuah momen yang sangat indah. Ada rasa haru saat melihat bagaimana fans Irlandia yang tak meninggalkan timnas mereka meski harus menanggung malu karena menyandang status sebagai tim pertama yang dipastikan tersingkir dari Euro 2012. Bukannya mengejek, mencaci, atau membuat ulah di dalam stadion, ribuan orang yang menggunakan seragam hijau itu malah bernyanyi dengan khidmat di akhir laga. Seperti yang dikatakan oleh Pangeran Siahaan di akun Twitternya, The Fields of Athenry, lagu yang mulai digunakan oleh suporter Irlandia sejak Piala Dunia 1990, benar-benar menjelma menjadi lagu pemakaman yang agung.

Apa yang dilakukan oleh suporter Irlandia ini terhitung luar biasa. Inilah sikap yang seharusnya muncul dari para suporter sejati. Sikap yang mendukung penuh sebuah tim yang pasti memiliki ikatan batin dengan diri kita, entah tim itu dalam kondisi yang menggembirakan atau dalam kondisi sulit.



Orang-orang Indonesia harusnya belajar banyak dari apa yang dilakukan oleh suporter Irlandia. Bukan rahasia lagi jika banyak dari kita yang malah tak henti-hentinya mengejek tim nasional negara sendiri, hanya karena kecewa timnas kita gagal memenuhi ekspektasi mereka. Kita seharusnya memahami ada perbedaan besar antara mengejek dan mengritik. Mengkritik tim nasional sendiri karena bermain tidak bagus adalah hal yang lumrah, karena kritik memang harus terus datang agar timnas kita bisa lebih baik lagi kedepannya. Namun sebagai orang Indonesia yang lahir di tanah air ini, yang hidup dari sumber daya negeri ini, seharusnya kita malu jika kita malah menjelek-jelekkan tim nasional negeri kita sendiri. Mengejek tidak akan membawa timnas kita ke mana-mana, hanya berjalan di tempat sementara negara-negara rival kita di dunia sepakbola sudah berlari jauh meninggalkan kita.

Gdansk Arena memang berjarak ribuan kilometer dari tempat kita berada saat ini, tetapi hal itu seharusnya tidak menghentikan kita untuk belajar banyak dari apa yang terjadi di stadion itu malam tadi. Belajar dari aksi luar biasa yang dilakukan oleh suporter Irlandia.

Jumat, 15 Juni 2012

Brigata Curva Sud: Anomali Suporter Sepakbola Indonesia

Dalam laman Jakarta Globe Blogs (JG Blogs) dimuat satu tulisan yang membuat saya tertarik untuk membaca isinya. Tulisan itu ditulis oleh Antony Sutton, seorang blogger yang dalam profilnya disebutkan sebagai seorang fans Arsenal yang ingin meng-capture keindahan sepakbola di Asia Tenggara. Tulisan itu berbicara mengenai Brigata Curva Sud, kelompok supporter pendukung tim dari kota kecil, PSS Sleman. Baginya, Brigata Curva Sud (BCS) adalah hal yang baru pertama kali ditemui di tengah-tengah citra buruk supporter sepakbola Indonesia. Dengan semangat ala ultras yang dibawanya, BCS mewarnai tribun selatan Stadion Maguwoharjo ketika PSS bertanding.
Saya jadi ingin menulis sesuatu tentang BCS. Jika selama ini Sleman identik dengan Slemania, yang pernah menjadi supporter terbaik di Indonesia, maka kemapanan itu mulai diusik dengan keberadaan BCS. Saya tidak tahu persis kronologis berdirinya BCS. Namun saya mencatat BCS mulai menampakkan eksistensinya pada kompetisi Divisi Utama musim 2009/2010. Saya yang selalu menyaksikan pertandingan PSS Sleman dari tribun sebelah timur mengamati sekelompok supporter PSS berbaju hitam yang gemar menyanyikan chants berbahasa asing untuk mendukung PSS Sleman. Kelompok supporter berbaju hitam tersebut awalnya bukanlah kelompok yang besar, hanya terdiri dari beberapa puluh orang. Musim selanjutnya, sepertiga tribun kuning, yang kira-kira berkapasitas total 7.000 orang dipenuhi oleh supporter berbaju hitam. Saat itu saya masih menyebut kelompok tersebut dengan nama Ultras PSS, meskipun sebenarnya nama Brigata Curva Sud sudah mulai eksis. Musim 2011/2012 ini jumlah supporter berbaju hitam yang menyebut dirinya sebagai BCS semakin bertambah banyak. Pada pertandingan kandang terakhir musim 2011/2012 yang lalu, saat PSS melawan PPSM KN Magelang, seluruh tribun kuning dipenuhi oleh pasukan BCS. Semua yang ada di tribun kuning ikut berdiri dan bernyanyi sepanjang 2x 45 menit. Hal ini menghadirkan suasana mistis yang menggetarkan di stadion Maguwoharjo Sleman.
Apa yang menjadi cirri khas BCS dalam memberikan dukungan bagi PSS Sleman? Ciri yang paling khas adalah BCS selalu mengenakan kaos berwarna hitam dan memberlakukan wajib bersepatu ketika menyaksikan PSS bertanding. Keringat pemain yang berlari-lari sepanjang 2x 45 menit di lapangan harus diapresiasi dengan sopan. Caranya adalah dengan berpenampilan pantas ketika menyaksikan PSS berlaga. BCS berdiri dan bernyanyi selama 2 x 45 menit tanpa henti. Lagu-lagu (chants) yang dinyanyikan hampir semua adalah lagu baru yang belum pernah dinyanyikan oleh kelompok supporter lain di Indonesia. Ada satu lagu yang dijiplak dari lagu yang dinyanyikan oleh Curva Sud Milano (Suporter AC Milan) dan beberapa lagu berbahasa Inggris. Pada saat babak kedua akan dimulai, BCS akan melakukan koreo. Koreo ini merupakan kombinasi gerakan menggunakan kertas warna-warni dan membentuk pola tertentu. Koreo ini lazim dilakukan oleh supporter-suporter di Italia. Di Indonesia, banyak kelompok supporter melakukan gerakan koreo ini. Yang membedakan dari BCS adalah mereka berani menciptakan bentuk-bentuk yang sulit melalui koreo tersebut. Dan di akhir pertandingan, BCS selalu melakukan pyro show. Hal ini juga sudah banyak dilakukan oleh supporter sepakbola di Indonesia. Hanya saja aksi pyro show yang sedikit unik pernah dilakukan BCS pada musim 2010/2011 yang lalu kala menjamu Persebaya. Saat itu BCS menyalakan kembang api dan berjajar memanjang di sepanjang tribun selatan.
1339131454449218658
Koreo BCS Saat PSS vs PPSM KN (27/5)
BCS di dalam memberikan dukungan bagi PSS Sleman berusaha menghindari lagu-lagu yang berbau rasis atau ancaman secara verbal. Jika biasanya supporter sepakbola Indonesia sering mengintimidasi lawannya dengan lagu “dibunuh saja”, BCS tidak pernah menyanyikan lagu dengan kalimat seperti itu. Tidak pernah pula BCS menyanyikan lagu-lagu yang menghina supporter tim lain. Meskipun sempat terlibat perseteruan dengan kelompok supporter lain, BCS tidak pernah merendahkan nama supporter lain ketika memberikan dukungan bagi PSS.
BCS adalah anomaly bagi supporter sepakbola Indonesia, yang baru saja tercoreng moreng namanya gara-gara empat nyawa melayang atas nama supporter sepakbola. Meskipun aksinya tergolong garang, namun BCS berusaha menghapuskan image kekerasan dan intimidasi berlebihan ketika mendukung tim kebanggaannya melalui tingkah laku mereka di stadion. Selain dukungan penuh yang diberikan di dalam lapangan, BCS juga terkenal tertib membeli tiket. Bagi mereka, menonton pertandingan dengan membeli tiket dengan harga penuh merupakan salah satu bentuk dukungan bagi tim kesayangannya. Di tengah banyaknya supporter sepakbola yang berusaha mencari gratisan untuk menonton tim kesayangannya bertanding, apa yang dilakukan oleh BCS ini merupakan hal yang patut untuk dicontoh.
Saya bukan seorang BCS. Saya bukan juga Slemania yang setia duduk di tribun hijau (tribun yang diperuntukkan bagi Slemania). Saya adalah pendukung PSS Sleman yang dari dulu sampai sekarang selalu ijen (sendirian). Saya tidak pernah bergabung dengan komunitas apapun. Bahkan ketika PSS Sleman bermain di Palangkaraya minggu lalu saya ikut menyusul ke sana sendirian. Namun saya kagum dengan rekan-rekan BCS. Militansi yang mereka tunjukkan membuat saya semakin mencintai PSS. Bukan hanya saya yang kagum. Banyak penonton di tribun merah berlomba-lomba mengabadikan aksi koreo yang menawan dari BCS. Bagi saya BCS adalah setetes air segar bagi persepakbolaan Indonesia. Rasa cinta yang besar bagi tim kesayangannya tidak harus ditunjukkan dengan intimidasi berlebihan bagi tim lawan dan tindak-tindak anarkisme. BCS tidak mengenal koalisi-koalisi-an. Siapapun supporter sepakbola, asal tidak membuat ulah adalah teman. Seandainya militansi tanpa kekerasan ala BCS ini bisa ditularkan ke seluruh Indonesia, saya pikir tidak perlu lagi ada korban selanjutnya yang jatuh hanya gara-gara berbeda kostum.
Selama masih satu Indonesia, tidak ada alasan untuk gontok-gontokan.
13391315551558726379
Koreo BCS Saat PSS vs Persik Kediri